Pages

Selasa, 16 Desember 2014

Laporan Praktikum Elastisitas Pada Spageti

BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG

Elastisitas adalah kecenderungan pada suatu benda untuk berubah dalam bentuk baik panjang, lebar maupun tingginya, tetapi massanya tetap, hal itu disebabkan oleh gaya-gaya yang menekan atau menariknya, pada saat gaya ditiadakan bentuk benda kembali seperti semula.
Spaghetti merupakan salah satu jenis pasta yang telah dikenal oleh bangsa Italia sejak zaman manusia bercocok tanam kira-kira 10.000 tahun yang lalu, dari tepung yang dihasilkan lalu diolah dengan sedikit air dan telur menjadi sebuah adonan yang disebut pasta. Lalu digiling tipis menjadi selembar-lembar, yang merupakan induk pasta yang kita kenal sebagaiLasagna. Kemudian baru berkembang jenis-jenis pasta lainnya seperti Fusili, Penne, Tagliatelle dan lain sebagainya. Spaghetti adalah mi Italia yang berbentuk panjang seperti lidi, yang umumnya di masak 9-12 menit di dalam air mendidih. Pada saat spaghetti di masak maka spaghetti tersebut akan bertambah panjang dan dapat kembali lagi ke bentuk semula, ini menunjukkan bahwa spaghetti memiliki tingkat keelastisitasan. Pada percobaan kali ini kami akan menguji tingkat keelastisitasan pada spaghetti.

A.      RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah percobaan ini adalah:
1.      Bagaimana pengaruh lama perebusan terhadap elastisitas spageti?

B.       TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1.      Untuk mengetahui pengaruh lama perebusan terhadap elastisitas spageti



BAB II
DASAR TEORI

Elastisitas adalah sifat suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya setelah gaya luar di hilangkan. Sebuah benda dikatakan elastik sempurna jika setelah gaya penyebab  perubahan bentuk di hilangkan.Banyak benda yang hampir elastik sempurna, yaitu sampai depormasi yang terbatas disebut limit elastiknya,dan apabila gaya-gaya  dihilangkan , maka benda tersebut tidak kembali kebentuk semula . Beberapa bahan mendekati sifat tidak elastik sempurna dan menujukkan  tdak ada kecenderungan untk kembali kebentuk semula setelah gaya dihilangkan. Bahan ini disebut bersifat pelastik .Sebenarnya perbedaan antara sifat elastik dan pelastik. Hanyalah terletak pada tingkatan dalam besar atau kecilnya deformasi yang terjadi.Anggap saja benda-benda ini bersifat homogen dan isotropik.Homogen berarti pada setiap bagian benda mempunyai  kerapatan sama.Sedangkan isotropik artinya pada setiap titik pada benda mempunyai sifat-sifat fisis sama kesegala arah(Ganijanti Aby Sarojo, 2002:318).
Jika besar perpanjangan δx lebih kecil dibandingkan dengan panjang benda, eksperimen menunjukkan bahwa δL sebanding dengan berat atau gaya yang diberikan pada benda. Perbandingan ini dapat kita tuliskan dalam persamaan:
                   Di sini F menyatakan gaya yang menarik benda, δL adalah perubahan panjang dan k adalah konstanta pembanding. Ternyata persamaan tersebut berlaku untuk hampir semua materi padat dari besi sampai tulang, tetapi hanya sampai suatu batas tertentu. Karena jika gaya terlalu besar, benda meregang sangat besar dan akhirnya patah. Ternyata untuk gaya yang sama, besar regangan sebanding dengan panjang awal dan berbanding terbalik dengan luas penampang lintang. Yaitu; makin panjang benda makin besar pertambahan panjangnya untuk suatu gaya tertentu; dan makin tebal benda tersebut, makin kecil pertambahan panjangnya(Giancolli, 2001:299).
            Tegangan (stress) atau gaya pendeformasi persatuan luas menghasilkan regangan (strain) atau deformasi satuan. Spesimen bersangkutan berdeformasi secara permanen pada waktu tegangan sama dengan kekuatan luluh material atau bahan. Baja patah ketika tegangan sama dengan kekuatan batas material. Pada rentang rekayasa teknik tegangan dan regangan sebanding satu sama lain (David Halliday, 2009:505).
Apabila karet yang ditarik sampai mulur (memanjang)dan setelah gaya dihilangkan pemuluran ini tetap terjadi dengan panjang awal karet sebelum percobaan menjadi tidak sama dengan panjang karet setelah percobaan, maka sifat elastis karet tersebut dapat dinyatakan telah berubah. Akibatnya karet yang telah mengalami permukaan telah berubah batas elastisitasnya. Sifat berlawanan dari elastis disebut plastis.
Hubungan linier antara gaya dengan pertambahan panjang , menurut hooks tidak hanya berlaku untuk batang benda padat saja , tetapi berlaku juga untuk benda – benda elastis contohnya seperti yang akan kita jadikan objek praktikum kita ini seperti : pegas, karet pentil dan karet gelang.

Hukum Hooke
Hukum Hooke adalah perbandingan antara gaya yang diberikan dengan pertambahan panjang benda adalah konstan.
F = k . Δl      →    k =   F/Δl
Keterangan :
·         F = gaya (N)
·         k = konstanta (N/m)
·         Δl = perubahan panjang (m)
Grafik Hukum Hooke
BAB III
METODE PERCOBAAN
   A.    Rancangan Percobaan
   B.     Alat dan Bahan
1.      Spageti                                         2 buah
2.      Gelas beker 500 ml                       2 buah
3.      Gelas beker 200 ml                       1 buah
4.      Penggaris                                       1 buah
5.      Kompor                                         1 buah
6.      Stopwatch                                     1 buah
7.      Thermometer                                1 buah
8.      Air                                                 1000 ml
   C.    Variabel
Variabel Manipulasi    : lama perebusan
Variabel Kontrol         : spageti
Variabel Respon          : elastisitas spageti
   D.    Alur Percobaan
- memasukkan air 200 ml kedalam panci
- menyalakan kompor

- merebus air hingga mendidih
- memasukkan 3 potongan spageti yang sudah dipotong 5 cm
- merebus spageti selama 10 menit, 12 menit, 14 menit
- mengangkat rebusan spageti
- meniriskan rebusan spageti
-mengukur panjang spageti setelah perebusan
-mengukur pertambahan panjang spageti dengan menariknya memanjang hingga akan putus.
   E.     Langkah Kerja
Menyiapkan alat dan bahan terlebih dahulu kemudian memasukkan air sebanyak 200 ml kedalam panci, lalu menyalakan kompor dan memasak air sampai mendidih (100o C). Memotong spageti menjadi tiga bagian masing –masing dengan panjang 5 cm . memasukkan spageti kedalam panci dan merebusnya selama 10 menit , setelah 10 menit spageti ditiriskan dan ukur panjangnya. Lalu menarik spageti dan mengukur pertambahan panjangnya hingga akan putus . kemudian mengulangi langkah – langkah tersebut dengan selang waktu yang berbeda yaitu 12 menit dan 14 menit.


BAB IV
DATA DAN ANALISIS

  A.    Data Pengamatan
No
Waktu
(l0±0,1)cm
(l1±0,1)cm
Δl (l1-l0)
E=
1
10 menit
5,2
8,2
3
0,576
2
12 menit
6,0
9,5
3,5
0,584
3
14 menit
6,9
10,3
3,4
0,49

   B.     Analisis

Dari data yang kami dapatkan berdasarkan hasil pengamatan pertama diketahui spageti yang direbus dengan lama waktu perebusan 10 menit, panjang spageti setelah direbus (l0) sebesar 5,2 cm, memiliki perebuhan panjang 3 cm dan tingkat elastisitasnya 0,576. Hasil pengamatan kedua, spageti yang direbus dengan lama waktu perebusan 12 menit, panjang spageti setelah direbus (l0) sebesar 6,0 cm, memiliki perebuhan panjang 3,5 cm dan tingkat elastisitasnya 0,584. Hasil pengamatan ketiga, spageti yang direbus dengan lama waktu perebusan 14 menit, panjang spageti setelah direbus (l0) sebesar 6,9cm, memiliki perebuhan panjang 3,4 cm dan tingkat elastisitasnya 0,49.


BAB V
PEMBAHASAN

1.      Mengapa hasil percobaan pertama dan kedua elastisitasnya hampir sama?
Lama perebusan sangat berpengaruh terhadap elastisitas spageti. Kami mengunakan spageti dengan jenis yang sama dan dengan lama perebusan yang berbeda yaitu 10 menit, 12 menit, 14 menit. Namun Spageti percobaan pertama dan kedua tidak direbus dengan volume air yang sama dan menyebabkan elastisitas antara percobaan pertama dan kedua hampir sama.




BAB VI
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Berdasarkan data yang kami peroleh dari percobaan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa:

1.      Pengaruh lama perebusan spageti dan elastisitas saling berpengaruh. Semakin lama perebusan yang dilakukan maka semakin tinggi elastisitas yang diukur. Sehingga dapat mempengaruhi perubahan elastisitas dan regangan tersebut. 

0 komentar:

Posting Komentar