Liputan6.com, Houston - Sebuah asteroid raksasa seukuran gunung, yang panjangnya 1.312 kaki atau 400 meter, rutin mengelilingi Bumi setiap 3 tahun. Keberadaan batu angkasa itu ditemukan ilmuwan Rusia Vladimir Lipunov.
Dosen Moscow State University tersebut mengatakan, Asteroid 2014 UR116 itu memang tak mengancam planet manusia dalam waktu dekat. Namun, dia menambahkan, 'secara teoritis' ia bisa menabrak Bumi.
Seandainya tabrakan itu terjadi, akibatnya bisa fatal. Memicu malapetaka. Ledakan 2014 UR116 diperkirakan 1.000 kali lebih kuat dari meteor seukuran bus yang meledak di langit Rusia pada 2013 lalu.
Profesor Lupinov mengatakan, sulit untuk mengkalkulasi orbit batu angkasa besar seperti 2014 UR116, sebab, trajectory atau lintasan pelurunya tak ajeg, selalu berubah akibat pengaruh daya tarik gravitasi planet lain.
"Kita perlu secara permanen melacak jalur asteroid tersebut, sebab, kesalahan kalkulasi sekecil apapun bisa mengakibatkan konsekuensi serius," kata dia seperti Liputan6.com kutip dari Daily Mail, Rabu (10/12/2014).
Dari sekitar 100 ribu obyek dekat Bumi yang bisa melintas orbit planet kita dan cukup besar untuk memicu bencana bagi tempat tinggal manusia, baru 11.000 yang berhasil terlacak dan dimasukkan dalam katalog.
"Jalur pergerakan asteroid, termasuk 2014 UR116 tak mungkin dipastikan, namun secara teoritis, bisa jadi batu angkasa itu menabrak Bumi, Mars, juga Venus. Lantas apa kata Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA)?
NASA: Jangan Panik
Berbeda dengan ilmuwan Rusia, NASA tidak melihat potensi ancaman Asteroid 2014 UR116 dalam waktu dekat.
Kalkulasi NASA dan Minor Planet Center di Cambridge, Massachusetts, menunjukkan, batu angkasa tersebut tidak akan membahayakan Bumi. Setidaknya dalam waktu 150 tahun ke depan.
"Sejumlah laporan media menunjukkan bahwa Asteroid 2014 UR116, yang ditemukan pada 27 Oktober 2014, oleh observatorium MASTER-II di Kislovodsk, Rusia mereprentasikan ancaman tubrukan dengan Bumi," demikian pernyataan yang dikeluarkan Jet Propulsion Laboratory NASA yang terletak di California, seperti Liputan6.com kutip dari SPACE.com.
"Asteroid yang panjangnya diperkirakan 400 meter itu memiliki periode orbital 3 tahun, di sekitar matahari dan lalu kembali ke sekitar Bumi. Itu tidak mencerminkan ancaman kareta jalur orbitnya tidak dekat dengan orbit Bumi."
Dosen Moscow State University tersebut mengatakan, Asteroid 2014 UR116 itu memang tak mengancam planet manusia dalam waktu dekat. Namun, dia menambahkan, 'secara teoritis' ia bisa menabrak Bumi.
Seandainya tabrakan itu terjadi, akibatnya bisa fatal. Memicu malapetaka. Ledakan 2014 UR116 diperkirakan 1.000 kali lebih kuat dari meteor seukuran bus yang meledak di langit Rusia pada 2013 lalu.
Profesor Lupinov mengatakan, sulit untuk mengkalkulasi orbit batu angkasa besar seperti 2014 UR116, sebab, trajectory atau lintasan pelurunya tak ajeg, selalu berubah akibat pengaruh daya tarik gravitasi planet lain.
"Kita perlu secara permanen melacak jalur asteroid tersebut, sebab, kesalahan kalkulasi sekecil apapun bisa mengakibatkan konsekuensi serius," kata dia seperti Liputan6.com kutip dari Daily Mail, Rabu (10/12/2014).
Dari sekitar 100 ribu obyek dekat Bumi yang bisa melintas orbit planet kita dan cukup besar untuk memicu bencana bagi tempat tinggal manusia, baru 11.000 yang berhasil terlacak dan dimasukkan dalam katalog.
"Jalur pergerakan asteroid, termasuk 2014 UR116 tak mungkin dipastikan, namun secara teoritis, bisa jadi batu angkasa itu menabrak Bumi, Mars, juga Venus. Lantas apa kata Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA)?
NASA: Jangan Panik
Berbeda dengan ilmuwan Rusia, NASA tidak melihat potensi ancaman Asteroid 2014 UR116 dalam waktu dekat.
Kalkulasi NASA dan Minor Planet Center di Cambridge, Massachusetts, menunjukkan, batu angkasa tersebut tidak akan membahayakan Bumi. Setidaknya dalam waktu 150 tahun ke depan.
"Sejumlah laporan media menunjukkan bahwa Asteroid 2014 UR116, yang ditemukan pada 27 Oktober 2014, oleh observatorium MASTER-II di Kislovodsk, Rusia mereprentasikan ancaman tubrukan dengan Bumi," demikian pernyataan yang dikeluarkan Jet Propulsion Laboratory NASA yang terletak di California, seperti Liputan6.com kutip dari SPACE.com.
"Asteroid yang panjangnya diperkirakan 400 meter itu memiliki periode orbital 3 tahun, di sekitar matahari dan lalu kembali ke sekitar Bumi. Itu tidak mencerminkan ancaman kareta jalur orbitnya tidak dekat dengan orbit Bumi."
Asteroid UR116, menurut pernyataan NASA, kali pertama terlihat 6 tahun yang lalu. Untuk melacak objek-objek dekat Bumi, NASA melibatkan bantuan astronom amatir dan profesional di seluruh dunia.
Sementara itu, lebih dari 100 ilmuwan dan astronot terkemuka, termasuk Dr Brian May dan Chris Hadfield menandatangani deklarasi, yang menuntut peningkatan aksi untuk menanggulangi objek-objek angkasa yang berpotensi menamatkan kehidupan di muka Bumi.
Dalam sebuah acara yang dijadwalkan dilangsungkan pada 30 Juni 2015, dalam konser bergaya Live-Aid, mereka akan menyerukan pada dunia bahwa manusia sejatinya di ambang bahaya, kecuali tindakan pencegahan dilakukan.
Acara Asteroid Awareness Day, diadakan bertepatan dengan peringatan Insiden Tunguska Siberia. Batu angkasa yang jatuh pada 30 Juni 1908 adalah yang terbesar dalam sejarah, menyebabkan kehancuran di wilayah setara ukuran kota metropolitan, 2.000 kilometer persegi.
Untung, batu angkasa yang menabrak kawasan terpencil itu tak menimbulkan korban jiwa. Tapi, bayangkan jika kejadiannya di tengah kota besar yang ramai...
Daftar Pustaka:
http://news.liputan6.com/read/2145442/gunung-asteroid-sepanjang-400-meter-ini-ancam-bumi diakses pada tanggal 18 Desember 2014
0 komentar:
Posting Komentar