Pages

Kamis, 18 Desember 2014

Memanfaatkan Tenaga Listrik Otak

Dengan menggunakan teknologi yang memanfaatkan tenaga listrik otak, seorang pasien yang mengalami kelumpuhan suatu hari bisa "memikirkan" kakinya untuk bergerak.

Tenaga Listrik Otak

Para peneliti di Universitas California bagian Neurosains Komputasional telah mengembangkan teknologi yang untuk pertama kalinya memperkenankan para dokter dan ilmuwan untuk secara non invasif mengisolasi dan mengukur aktifitas listrik otak pada orang-orang yang sedang bergerak.

Teknologi ini merupakan komponen kunci sejenis antarmuka komputer otak yang akan memungkinkan eksoskeleton robotik yang dikontrol oleh pikiran pasien untuk menggerakkan anggota badan pasien tersebut, kata Daniel Ferris yang merupakan profesor di School of Kinesiology Universitas Michigan dan penulis makalah yang menjabarkan penelitian tersebut.

"Tentu saja hal tersebut tidak akan langsung terjadi tapi satu langkah menuju situasi di mana hal itu mungkin dilakukan ialah kemampuan untuk merekam gelombang otak ketika seseorang sedang bergerak," kata Joe Gwin yang merupakan penulis pertama makalah tersebut dan seorang lulusan peneliti mahasiswa tingkat doktoral di School of Kinesiologydan Bagian Mekanika Rekayasa. Demikian seperti yang dikutip dari Physorg, Selasa (02/11/10).

Dengan teknologi ini, para ilmuwan dapat menunjukkan bagian-bagian otak yang diaktifkan dan tepatnya kapan bagian-bagian tersebut diaktifkan ketika para subyek bergerak dalam lingkungan alami. Sebagai contoh, ketika kita berjalan, sinyal-sinyal yang berasal dari bagian-bagian tertentu di otak yang berfungsi sebagai pesan akan dikirimkan dari otak menuju otot-otot. Jika para ilmuwan mengetahui di mana impuls otak terjadi, mereka bisa menggunakan informasi letak tersebut untuk mengembangkan berbagai aplikasi. Sebelumnya para ilmuwan hanya bisa mengukur aktifitas listrik otak pada pasien-pasien yang tidak bergerak.

Ferris mengibaratkan pengisolasian aktifitas listrik otak ini seperti menempatkan sebuah mikrofon di tengah-tengah sebuah simfoni untuk membedakan hanya instrumen-instrumen tertentu di wilayah-wilayah tertentu, misalnya obo di kursi pertama, atau biola. Selayaknya dalam sebuah orkestra, ada banyak sumber suara dalam otak yang menghasilkan aktifitas listrik berlebihan, atau derau. Bahkan elektroda itu sendiri menghasilkan derau atau noise ketika bergerak dalam kaitan dengan sumbernya.

Para peneliti mengidentifikasi aktifitas otak yang akan diukur dengan cara melekatkan banyak sensor ke subyek yang sedang berjalan atau berlari pada alat treadmill. Kemudian mereka menggunakan pencitraan resonansi magnetik pada bagian kepala untuk mengetahui dari bagian otak mana aktifitas listrik tersebut berasal. Dengan cara ini, para ilmuwan bisa melokalisasi sumber-sumber aktifitas otak yang ingin diketahui dan mengabaikan aktifitas lain jika tidak berasal dari otak.

Ferris yang juga memiliki posisi di rekayasa biomedis mengatakan ada sekumpulan alasan para ilmuwan bisa melakukan tipe pengukuran ini sekarang ketika hal tersebut tak mungkin dilakukan beberapa tahun lalu. Para kolega di Swartz Center for Computational Neuroscience menemukan alat komputasional untuk melakukan pengukuran secara non invasif pada orang-orang, dan tanpa alat tersebut pengukurannya menjadi sesuatu yang tidak mungkin untuk dilakukan. Kedua kelompok peneliti kemudian berusaha ke depan dan mencoba pengukuran tersebut pada subyek-subyek yang sedang berjalan atau berlari.

Lagi pula, elektroda sudah lebih sensitif dan memiliki sinyal yang lebih baik terhadap rasio derau, katanya.

Pihak militer juga tertarik dengan jenis teknologi ini yang bisa digunakan untuk mengoptimalkan performa tentara dengan cara memonitor aktifitas otak para tentara di lapangan untuk mengetahui kapan para tentara sedang dalam performa puncak. Teknologi tersebut bisa juga membantu pihak militer memahami bagaimana informasi bisa dengan cara terbaik diberikan dan ditangani oleh para tentara.

Malahan, industri atau organisasi manapun yang tertarik untuk memahami bagaimana otak dan tubuh berinteraksi, bisa mengambil manfaat dengan mengetahui bagaimana otak berfungsi selama melakukan aktifitas yang ditentukan.

"Kami bisa membayangkan otak para pasien dengan jenis gangguan neurologis berbeda, dan kami mungkin bisa menargetkan rehabilitasi kepada kelompok pasien yang menunjukkan gejala-gejala yang sama," tutur Gwin. "Jika kita bisa membayangkan otak tersebut saat menjalani beberapa rehabilitasi ini, kami bisa mendesain perawatan-perawatan yang lebih baik."




Daftar Pustaka:
http://sainspop.blogspot.com/2010/11/memanfaatkan-tenaga-listrik-otak.html diakses pada tanggal 18 Desember 2014

Studi Fisika Ungkap Kedahsyatan Kapal Nabi Nuh


Ilustrasi kapal Nabi Nuh.(http://www.godvine.com/read/Lessons-from-Noah-497.html)
VIVAnews – Kisah Nabi Nuh bersama umatnya mengarungi banjir besar di masa lalu telah tertulis dalam kitab suci. Cerita itu menjadi pelajaran moral. Namun bagi empat mahasiswa Fisika Universitas Leicester, Inggris, kisah kapal Nabi Nuh itu sungguh membuat penasaran.
Daily Mail, Jumat 4 April 2014, melansir bahwa Oliver Youle, Katie Raymer, Benjamin Jordan, dan Thomas Morris kemudian meneliti struktur kapal Nabi Nuh sesuai naskah kuno pada kitab Injil. Keempat mahasiswa itu mengkaji sisi fisika bahtera Nabi Nuh.
Menurut naskah kuno, kapal Nabi Nuh memiliki dimesi yang tepat, dengan panjang 300 hasta atau setara 137,1 meter, lebar 50 hasta atau 22,86 meter, dan tinggi 30 hasta atau 13,7 meter. Dimensi kapal itu didesain untuk bertahan dari terjangan banjir besar.
Studi keempat mahasiswa tersebut membuktikan, ukuran yang disampaikan dalam kitab suci cukup cocok untuk mengarungi banjir. “Kami tak berpikir Alkitab menjadi sumber informasi yang akurat secara ilmiah. Jadi kami cukup terkejut saat kami berhasil. Kami tak membuktikan bahwa hal itu benar, tapi konsep itu (kapal Nabi Nuh) pasti akan berhasil,” kata Morris.
Kelompok mahasiswa itu mendasarkan perhitungan mereka pada sebuah buku, The Genesis Flood karya Dr Morris dan Dr Whitbomb. Buku itu menunjukkan bahwa bahtera Nuh mampu menyimpan sekitar 35 ribu spesies.
Sementara perhitungan empat mahasiswa Universitas Leicester tersebut menyebutkan, kapal Nuh bisa memuat 2,15 juta domba tanpa tenggelam terseret banjir besar.
Dengan modal dimensi tersebut, menurut Morris cs, nyatanya daya apung kapal Nabi Nuh mendukung untuk bertahan dari terjangan banjir meski disesaki banyak binatang.
Dengan demikian, dimensi kapal dalam kitab suci tepat alias memungkinkan Nabi Nuh dan umatnya untuk dapat mengapung bersama dengan semua binatang yang mereka bawa.
Temuan keempat mahasiswa itu telah dipaparkan dalam makalah untuk Jurnal Fisika Departemen Fisika dan Astronomi Universitas Leicester.

Daftar Pustaka:
http://namakugusti.wordpress.com/2014/04/05/studi-fisika-ungkap-kedahsyatan-kapal-nabi-nuh/#more-42422 diakses pada tanggal 18 Desember 2014

Soft Drink Urine Sapi Diklaim Sembuhkan Diabetes

Soft Drink Urine Sapi Diklaim Sembuhkan Diabetes


 TEMPO.COJakarta – Sapi merupakan hewan yang dianggap suci bagi masyarakat India yang sebagian besar menganut agama Hindu. Tidak hanya sebagai binatang suci, menurut para pengikut garis keras Rashtriya Swayamsevak Sangh(RSS) juga mengklaim urine sapi bisa digunakan untuk mengobati beragam penyakit, seperti kanker, diabetes dan TBC.
“Urine sapi bisa menyembuhkan sekitar 70 hingga 80 penyakit yang tak bisa sembuh, seperti diaetes,” kata Om Prakash, dari Departemen Perlindungan Sapi RSS, kepada Reuters, yang dilansir Live Science. “Semua dapat disembuhkan dengan urine sapi.”
Namun, tidak semua urine sapi bisa digunakan. Hanya urine dari sapi betina perawan saja yang bisa diambil manfaatnya. Dan, urine tersebut, akan memberikan kualitas terbaiknya jika diambiil sebelum terbit fajar.
Meskipun terdengar janggal, masyarakat India telah menggunakan terapi urine sapi sejak 5000 tahun lalu. Kini, urine sapi telah dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi lebih layak dan enak diminum.
RSS telah mengembangkan minuman ringan berbasis urine sapi yang disebut dengan Gomutra Ark. Minuman ini direkomendasikan sebagai “minuman cola sehat” yang menyaingi Coca Cola, Pepsi, dan minuman ringan lainnya.
Banyak ahli kesehatan yang kurang antusias dengan manfaat dari Gomutra Ark. Namun, sebuah studi yang dimuat di Ancient Science of Life pada tahun 2012 mengungkap tikus penderita diabetes memiliki penurunan tingkat glukosa secara signifikan setelah meminum Gomutra Ark.


Daftar Pustaka:
http://namakugusti.wordpress.com/2014/01/27/soft-drink-urine-sapi-diklaim-sembuhkan-diabetes/#more-42234 diakses pada tanggal 18 Desember 2014

Materi Gelap Eldorado

Galaksi yang berada dekat dengan galaksi kita tercatat memiliki intensitas terpadat massa misterius.

Materi Gelap

Beberapa pengamatan memastikan bahwa dibandingkan dengan galaksi lain, sekelompok bintang redup di belakang galaksi Bima Sakti memiliki kepadatan tertinggi materi gelapyaitu materi tak kelihatan yang diyakini merupakan 83 persen dari total massa jagad raya.

Penemuan ini yang dilaporkan pada 28 Juli di arXiv.org oleh Joshua Simon dari Observatorium Carnegie di Pasadena, California, bersama Marla Geha dari Universitas Yale dan rekan-rekan mereka, menyediakan sumber yang besar bagi para astronom yang mencoba untuk mengungkap sifat materi gelap.

Ketika para astronom menemukan galaksi Segue 1 pada tahun 2007, mereka tidak yakin itu adalah sebuah galaksi, mungkin hanya sekelompok bintang yang keluar dari galaksi kecil Sagittarius. Namun observasi menggunakan teleskop Keck II di atas Mauna Kea Hawaii sekarang memastikan status Segue 1 sebagai sebuah galaksi karena bintang-bintangnya memiliki komposisi kimia yang berbeda-beda, kata Simon.

Observasi yang dilakukan menggunakan Teleskop Anglo-Australia dekat Coonabarabran, Australia, juga menemukan keanekaragaman komposisi bintang di Segue 1, seperti yang dilaporkan oleh tim yang di antaranya adalah Rosemary Wyse dari Universitas Johns Hopkins di Baltimore dalam sebuah artikel yang diterbitkan di arXiv.org pada awal bulan Agustus.

Setelah memeriksa komposisi bintang-bintang, tim itu mengkalkulasi jumlah total massa di Segue 1, baik materi gelap yang tak kelihatan maupun jumlah kecil bintang redup yang kelihatan, dengan mengukur kecepatan pergerakan bintang-bintang tersebut. Semakin cepat bintang-bintang tersebut mengorbit dekat pusat Segue 1, semakin berat galaksi tersebut.

Tim tersebut menemukan bahwa walaupun bintang-bintang di Segue 1 memiliki massa gabungan lebih dari sekitar 1.000 massa matahari, massa keseluruhan galaksi sekitar 500 kali lebih besar. "Hal itu menginformasikan bahwa Segue 1 hampir keseluruhannya terdiri dari materi gelap," kata Simon.

Segue 1 tak hanya didominasi oleh materi gelap tapi juga padat. Kepadatan materi gelapnya lebih tinggi dari galaksi manapun yang diketahui selama ini. Kepadatan tinggi galaksi itu dan jarak dekatnya dengan Bumi, sekitar 80.000 tahun cahaya, membuatnya menjadi tempat yang ideal sebagai alasan penelitian materi gelap.

"Sangat penting untuk mengetahui sifat-sifat materi gelap galaksi," kata Wyse. Galaksi seperti Segue 1 yang memiliki jumlah kecil materi kelihatan untuk mengganggu materi gelap dengan gravitasi, merupakan tempat terbaik untuk mengungkap distribusi dan sifat sebenarnya dari materi tak terlihat itu.

Lagi pula, komposisi kimia primitif beberapa bintang di Segue 1 bisa memberikan informasi tentang formasi dan evolusi beberapa bintang tertua di alam semesta.

Seperti halnya partikel materi dan antimateri bisa saling menghilangkan satu sama lain dalam interaksinya untuk menghasilkan jumlah besar sinar gama, begitu pula partikel-partikel materi gelap saling menghilangkan satu sama lain, tergantung dari apa tepatnya materi tak terlihat itu terbuat. Menurut teori, semakin tinggi kepadatan materi gelap, semakin tinggi rasio penghancuran.

Teleskop antariksa Sinar Gama Fermi, begitu juga dengan teleskop-teleskop bumi yang merekam radiasi kuat yang mungkin dikarenakan penghancuran atau anihilasi, seharusnya oleh karena itu menjadikan galaksi tersebut sebagai target utama, kata Simon." Satu deteksi penghancuran materi gelap akan menjadi terobosan baru baik bagi Astronomi maupun Fisika Partikel, dan langkah pertama ialah mencari tahu di mana tempatnya," ujarnya.



Daftar Pustaka:
http://sainspop.blogspot.com/2010/09/materi-gelap-eldorado.html diakses pada tanggal 18 Desember 2014

Terkuak, Bumi Punya Kekuatan Pelindung ala 'Star Trek'

Liputan6.com, Colorado - Perisai tak kasat mata diam-diam melindungi Bumi dari bombardir 'elektron pembunuh'. Pelindung itu ditemukan di ketinggian 7.200 mil atau 11.600 km di atas planet manusia. 

Fungsi dari perisai tersebut adalah menghalangi masuknya 'badai' elektron berkekuatan tinggi yang melesat dekat Bumi dengan kecepatan nyaris menyamai kecepatan cahaya -- yang telah lama diketahui berpotensi mengancam keselamatan para astronot, membakar satelit yang mengorbit planet kita, juga merusak sistem buatan manusia di angkasa luar. 

Jika sampai menghantam Bumi dalam skala masif, elektron semacam itu bisa menghentikan pasokan listrik, mengubah iklim secara radikal, dan -- ini tak kalah gawat -- bisa meningkatkan risiko kanker pada manusia. 

Para ilmuwan dari The University of Colorado Boulder, Amerika Serikat yang menemukan keberadaannya mengatakan, fungsi pelindung itu mirip perisai yang menyelubungi pesawat induk luar angkasa USS Enterprise saat mendapat serangan dari kapal perang alien, dalam film 'Star Trek'. 

Perisai tak kelihatan itu ditemukan antara bagian dalam dan terluar sabuk Van Allen. Sabuk radiasi Van Allen adalah dua cincin mirip donat yang penuh dengan partikel bermuatan -- proton dan elektron -- di sekitar planet manusia yang ditahan di tempatnya oleh medan magnet bumi, yang berada pada ketinggian 1.000 sampai 60.000 kilometer di atas permukaan Bumi. 

"Jika diumpamakan, laju elektron-elektron tersebut seperti terhalang dinding kaca di angkasa," kata Daniel Baker, Direktur CU-Boulder's Laboratory for Atmospheric and Space, seperti Liputan6.com kutip dari CNN, Senin (1/12/2014).



"Seperti perisai yang diciptakan oleh medan gaya pada 'Star Trek' yang digunakan untuk memblokade serangan senjata dari para alien, kami menemukan perisai tak kentara menghalangi elektron-elektron tersebut. Ini adalah fenomena yang membingungkan," tambah dia. 

Mengapa membingungkan? Sebab, fenomena tersebut berpotensi mengobrak-abrik teori yang ada sebelumnya, yang menyatakan bahwa elektron-elektron itu secara perlahan dialihkan ke atmosfer bagian atas (upper atmosphere) dan dihancurkan oleh molekul udara yang ada di sana. 

"Kita melihat fenomena itu dengan sudut pandang baru, dengan serangkaian instrumen baru, yang mengungkapnya dengan detil sehingga kita bisa berkata, 'Ya, memang ada sebuah batasan yang keras dan punya kekuatan sebagai pelindung'," kata John Foster, salah satu direktur Haystack Observatory MIT, sekaligus salah satu penulis studi. 

Hingga berita ini diturunkan, sifat perisai tersebut masih jadi misteri yang belum terpecahkan. Juga dari mana asal-usulnya. 

Sejauh ini, belum ditemukan keterkaitannya dengan garis medan magnet atau sinyal radio bikinan manusia. Seperti dikutip dari Huffington Post, para ilmuwan juga belum yakin apakah keberadaan awan raksasa yang terbentuk dari gas dingin bermuatan yang disebut plasmasphere -- yang membentang ribuan mil ke luar sabuk Van Allen bisa menjelaskan fenomena tersebut. (Ein/Riz)




Daftar Pustaka:
http://news.liputan6.com/read/2140916/terkuak-bumi-punya-kekuatan-pelindung-ala-star-trek diakses pada tanggal 18 Desember 2014

Waktu Mungkin Akan Berhenti 5 Milyar Tahun Depan

Sebelumnya, teori mengatakan bahwa waktu itu tak terbatas, akan tetapi teori baru mengatakan sebaliknya.

Waktu Mungkin Akan Berhenti 5 Milyar Tahun Depan

Sejauh yang bisa dikatakan para astrofisikawan, alam semesta mengembang dengan kecepatan tinggi dan cenderung akan tetap demikian untuk jangka waktu yang tak terbatas. Akan tetapi sekarang beberapa fisikawan mengatakan bahwa teori ini yang disebut "pengembangan abadi" dan implikasinya bahwa waktu tak ada akhirnya, merupakan suatu masalah bagi para ilmuwan untuk mengkalkulasi probabilitas setiap kejadian. Dalam makalah baru, mereka mengkalkulasi bahwa waktu cenderung akan berhenti dalam 5 milyar tahun mendatang yang disebabkan oleh sejenis malapetaka yang tak ada satupun hidup pada waktu itu untuk menyaksian kejadian tersebut.

Para fisikawan yakni Raphael Bousso dari Universitas California, Berkeley, bersama rekan-rekannya mempublikasikan makalah yang berisi rincian teori mereka di arXiv.org. Dalam makalah tersebut, mereka menjelaskan bahwa pada suatu alam semesta abadi, kejadian-kejadian yang paling mustahil pun akhirnya akan terjadi, dan tak hanya terjadi tapi terjadi dalam jumlah yang tak terbatas. Oleh karena probabilitas atau peluang diartikan dalam lingkup kelimpahan relatif kejadian-kejadian, maka tak ada gunanya menentukan tiap probabilitas karena setiap kejadian akan cenderung terjadi dengan sama.

"Jika memang terjadi di alam, pengembangan abadi memiliki implikasi-implikasi yang luar biasa besar," seperti yang ditulis Bousso dan rekan-rekannya dalam makalah mereka. "Tipe kejadian atau peristiwa apa pun yang memiliki probabilitas yang tidak bernilai nol, akan terjadi banyak kali secara tak terbatas, biasanya pada wilayah-wilayah terpisah yang tetap selamanya di luar hubungan sebab. Hal ini meruntuhkan dasar prediksi-prediksi probabilistik eksperimen-eksperimen yang dilakukan dalam dunia sehari-hari. Apabila secara tak terbatas banyak orang di seluruh alam semesta memenangkan undian, pada bidang apa seseorang masih bisa mengklaim bahwa memenangkan undian itu mustahil? Pastinya ada juga banyak orang yang tidak menang undian, tapi dalam pengertian apa jumlah mereka lebih banyak? Dalam eksperimen-eksperimen sehari-hari seperti mengikuti undian, kita memiliki aturan-aturan jelas untuk membuat prediksi-prediksi dan menguji teori-teori. Akan tetapi jika alam semesta mengembang selamanya, kita tak lagi mengetahui mengapa aturan-aturan ini berfungsi.

"Untuk melihat bahwa hal ini bukanlah semata-mata merupakan maksud filosofis, hal tersebut membantu mempertimbangkan eksperimen-eksperimen kosmologis di mana aturan-aturan tersebut agak kurang jelas. Sebagai contoh, seseorang ingin memprediksi atau menjelaskan keistimewaan Latar Gelombang Mikro Kosmik, atau teori lebih dari satu vakum, seseorang mungkin ingin memprediksi sifat-sifat terduga dari vakum tersebut yang kita ketahui sendiri, seperti massa Higgs. Hal ini memerlukan komputasi jumlah relatif observasi-observasi nilai-nilai berbeda massa Higgs tersebut, atau langit Latar Gelombang Mikro Kosmik. Akan ada banyak contoh-contoh tak terbatas setiap pengamatan yang mungkin dilakukan, jadi apa itu probabilitas? Hal ini dikenal sebagai "masalah pengukuran" pengembangan abadi."

Para fisikawan menjelaskan bahwa satu solusi terhadap masalah ini ialah untuk menyimpulkan bahwa waktu pada akhirnya akan berhenti. Maka akan ada jumlah terbatas peristiwa yang terjadi di mana kejadian-kejadian mustahil terjadi lebih sedikit daripada kejadian-kejadian yang mungkin.

Pemilihan waktu "penghentian" ini akan mengartikan rangkaian kejadian-kejadian yang diperkenankan. Oleh karena itu para fisikawan mencoba mengkalkulasi kemungkinan kapan waktu akan berhenti yang menghasilkan lima pengukuran penghentian berbeda. Pada dua dari lima skenario ini, waktu memiliki 50% peluang berhenti dalam waktu 3,7 milyar tahun. Pada dua skenario lainnya, waktu memiliki 50% peluang untuk berhenti dalam 3,3 milyar tahun.

Pada skenario kelima yang merupakan skenario terakhir, skala waktu sangat singkat (dalam urutan waktu Planck). Pada skenario ini, para ilmuwan mengkalkulasi bahwa "waktu akan sangat besar cenderung berhenti pada detik berikutnya." Untungnya, kalkulasi ini memprediksikan bahwa kebanyakan orang adalah "bayi-bayi Boltzmann" yang timbul dari gejolak-gejolak kuantum pada permulaan alam semesta. Oleh karena kebanyakan dari kita bukan "bayi-bayi" tersebut, para fisikawan bisa mengeluarkan skenario ini (sudah pasti).

Bagaimana akhir waktu tersebut seperti yang dirasakan oleh orang-orang pada waktu itu? Sebagaimana yang dijelaskan oleh para fisikawan, orang-orang tersebut tak akan pernah mengetahuinya. "Orang-orang pada masa itu akan tak terelakkan berada dalam penghentian sebelum menyaksikan kematian semua sistem lainnya," seperti yang ditulis oleh para ilmuwan. Mereka membandingkan batas penghentian waktu tersebut dengan ufuk lubang hitam.

"Batas tersebut dapat diperlakukan sebagai suatu obyek dengan sifat-sifat fisik termasuk temperatur," menurut para fisikawan dalam makalah mereka. "Sistem-sistem materi yang bertemu dengan akhir waktu di termalisasi di ufuk ini. Hal ini mirip dengan gambaran orang yang berada di luar tentang suatu sistem materi yang jatuh ke dalam sebuah lubang hitam. Namun, hal yang sangat baru ialah pernyataan bahwa kita mungkin mengalami termalisasi pada waktu melewati ufuk lubang hitam." Sekalipun begitu termalisasi "sistem materi" tetap saja tak akan menemukan sesuatu yang tak biasa ketika melewati ufuk ini.

Bagi mereka yang merasa tak nyaman terhadap berhentinya waktu, para fisikawan memperhatikan bahwa ada solusi-solusi lain untuk mengukur masalah tersebut. Mereka tidak mengklaim bahwa kesimpulan mereka bahwa waktu akan berhenti itu benar, hanya hal tersebut secara logika mengikuti dari suatu rangkaian asumsi. Jadi mungkin salah satu dari ketiga asumsi yang menggarisbawahi kesimpulan itu malahan tidak benar.

Asumsi yang pertama ialah bahwa alam semesta itu sedang mengembang selamanya, yang merupakan konsekuensi relativitas umum dan sangat didukung oleh bukti eksperimental yang diamati selama ini. Asumsi kedua ialah bahwa definisi probabilitas didasarkan pada frekwensi relatif suatu kejadian, atau apa yang disebut oleh para ilmuwan sebagai asumsi tipikalitas. Asumsi ketiga ialah bahwa jika waktu ruang memang tak terbatas, maka satu-satunya cara untuk menentukan probablitas suatu kejadian ialah membatasi atensi seseorang kepada suatu bagian terbatas dari alam-alam semesta yang tak terbatas. Beberapa fisikawan lainnya memperhatikan alternatif-alternatif asumsi ketiga ini.

Apapun yang terjadi dalam 3,7 milyar tahun mendatang, makalah Bousso dan rekan-rekannya mungkin akan menimbulkan bermacam-macam reaksi dalam waktu dekat ini.

Setidaknya kita bisa melihat garis besar dari informasi ini.




Daftar Pustaka:
http://sainspop.blogspot.com/2010/10/waktu-mungkin-akan-berhenti-5-milyar.html diakses pada tanggal 18 Desember 2014

'Gunung' Asteroid Sepanjang 400 Meter Ini Ancam Bumi?


Asteroid 2014 UR116 ancam Bumi?

Liputan6.com, Houston - Sebuah asteroid raksasa seukuran gunung, yang panjangnya 1.312 kaki atau 400 meter, rutin mengelilingi Bumi setiap 3 tahun. Keberadaan batu angkasa itu ditemukan ilmuwan Rusia Vladimir Lipunov.

Dosen Moscow State University tersebut mengatakan, Asteroid 2014 UR116 itu memang tak mengancam planet manusia dalam waktu dekat. Namun, dia menambahkan, 'secara teoritis' ia bisa menabrak Bumi. 

Seandainya  tabrakan itu terjadi, akibatnya bisa fatal. Memicu malapetaka. Ledakan 2014 UR116 diperkirakan 1.000 kali lebih kuat dari meteor seukuran bus yang meledak di langit Rusia pada 2013 lalu. 

Profesor Lupinov mengatakan, sulit untuk mengkalkulasi orbit batu angkasa besar seperti 2014 UR116, sebab, trajectory atau lintasan pelurunya tak ajeg, selalu berubah akibat pengaruh daya tarik gravitasi planet lain. 

"Kita perlu secara permanen melacak jalur asteroid tersebut, sebab, kesalahan kalkulasi sekecil apapun bisa mengakibatkan konsekuensi serius," kata dia seperti Liputan6.com kutip dari Daily Mail, Rabu (10/12/2014). 

Dari sekitar 100 ribu obyek dekat Bumi yang bisa melintas orbit planet kita dan cukup besar untuk memicu bencana bagi tempat tinggal manusia, baru 11.000 yang berhasil terlacak dan dimasukkan dalam katalog. 

"Jalur pergerakan asteroid, termasuk 2014 UR116 tak mungkin dipastikan, namun secara teoritis, bisa jadi batu angkasa itu menabrak Bumi, Mars, juga Venus. Lantas apa kata Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA)? 

NASA: Jangan Panik

Berbeda dengan ilmuwan Rusia, NASA tidak melihat potensi ancaman Asteroid 2014 UR116 dalam waktu dekat. 

Kalkulasi NASA dan Minor Planet Center di Cambridge, Massachusetts, menunjukkan, batu angkasa tersebut tidak akan membahayakan Bumi. Setidaknya dalam waktu 150 tahun ke depan. 

"Sejumlah laporan media menunjukkan bahwa Asteroid 2014 UR116, yang ditemukan pada 27 Oktober 2014, oleh observatorium MASTER-II di Kislovodsk, Rusia mereprentasikan ancaman tubrukan dengan Bumi," demikian pernyataan yang dikeluarkan Jet Propulsion Laboratory NASA yang terletak di California, seperti Liputan6.com kutip dari SPACE.com. 

"Asteroid yang panjangnya diperkirakan 400 meter itu memiliki periode orbital 3 tahun, di sekitar matahari dan lalu kembali ke sekitar Bumi. Itu tidak mencerminkan ancaman kareta jalur orbitnya tidak dekat dengan orbit Bumi."


Asteroid UR116, menurut pernyataan NASA, kali pertama terlihat 6 tahun yang lalu. Untuk melacak objek-objek dekat Bumi, NASA melibatkan bantuan astronom amatir dan profesional di seluruh dunia.

Sementara itu, lebih dari 100 ilmuwan dan astronot terkemuka, termasuk Dr Brian May dan Chris Hadfield menandatangani deklarasi, yang menuntut peningkatan aksi untuk menanggulangi objek-objek angkasa yang berpotensi menamatkan kehidupan di muka Bumi.

Dalam sebuah acara yang dijadwalkan dilangsungkan pada 30 Juni 2015, dalam konser bergaya Live-Aid, mereka akan menyerukan pada dunia bahwa manusia sejatinya di ambang bahaya, kecuali tindakan pencegahan dilakukan.

Acara Asteroid Awareness Day, diadakan bertepatan dengan peringatan Insiden Tunguska Siberia. Batu angkasa yang jatuh pada 30 Juni 1908 adalah yang terbesar dalam sejarah, menyebabkan kehancuran di wilayah setara ukuran kota metropolitan, 2.000 kilometer persegi.

Untung, batu angkasa yang menabrak kawasan terpencil itu tak menimbulkan korban jiwa. Tapi, bayangkan jika kejadiannya di tengah kota besar yang ramai...


Daftar Pustaka:
http://news.liputan6.com/read/2145442/gunung-asteroid-sepanjang-400-meter-ini-ancam-bumi diakses pada tanggal 18 Desember 2014

Rabu, 17 Desember 2014

Ununseptium




Unuseptium yang untuk sementara dinamai unsur ke 117 merupakan kombinasi antara isotop berkelium dan kalsium yang diciptakan para ilmuwan di Dubna, Rusia. Para fisikawan mengatakan bahwa unsur ini bisa menunjukkan “island of stability”, dimana unsur yang terberat bisa bertahan selama berbulan-bulan.
Unsur dengan nomor atom 117 ini dibuat dengan cara memborbardir 249Bk dengan ion kalsium dalam siklotron JINR U4000 selama 150 hari yang terdapat di Dubna.

Keseluruhan proses yang memakan waktu tidak lebih dari 320 hari yang merupakan waktu paruh unsur Bk (150 hari dalam siklotron+analisis data+review oleh tim peneliti) ini akhirnya berhasil menghasilkan 6 atom Ununseptium. Masing-masing dari keenam atom tersebut kemudian meluruh dengan memancarkan partikel alfa menjadi unsur bernomor atom 115 kemudian 113 sampai intinya terbelah menjadi dua atom yang lebih stabil.


Daftar Pustaka:
http://www.apakabardunia.com/2012/12/8-penemuan-sains-yang-membuka-mata-dunia.html diakses pada tanggal 18 Desember 2014

Pencernaan Hewan Amfibi/Katak

Sistem Pencernaan Hewan Amfibi/Katak

Alat pencernaan makanan diawali oleh cavum oris dan di akhiri oleh anus. Pada beberapa bagian dari trackus digestoria mempunyai struktur dan ukuran yang berbeda. Mangsa yang berupa hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan akan dibasahi oleh air liur. Katak tidak begitu banyak mempunyai kelenjar ludah. Dari cavum oris makanan akan melalui pharynx, oesophagus yang menghasilkan sekresi alkalis dan mendorong makanan masuk ke dalam vetriculus yang berfungsi sebagai gudang pencernaan. Kontraksi dinding otot ventriculus meremas makanan menjadi hancur dan dicampur dengan sekresi ventriculus yang mengandung enzim, yang merupakan katalisator. Enzim yang dihasilkan oleh ventriculus dan intestinum terdiri atas pepsin, tripsin, erepsin untuk protein, lipase untuk lemak. Di samping itu ventrikulus menghasilkan asam klorida untuk mengasamkan bahan makanan. Gerakan yang menyebabkan bahan makanan berjalan dalam saluran disebut gerak peristaltik. Makanan masuk ke dalam intestinum dari ventriculus melalui klep pyloris. Kelenjar pencernaan yang besar ialah hepar dan pancreaticum yang memberikan sekresinya pada intestinum. Hepar yang besar terdiri dari beberapa lobus dan bilus (zat empedu) yang dihasilkan akan ditampung sementara dalam vesica felea, yang kemudian akan dituangkan dalam intestinum melalui ductus Cystecus dahulu kemudian melalui ductus cholydocus yang merupakan saluran gabungan dengan dengan saluran yang dari pankreas. Fungsi bilus untuk mengemulsikan zat lemak. Bahan yang merupakan sisa di dalam intestinum mayor menjadi feses dan selanjutnya di keluarkan melalui anus.
Amfibi darat juga memiliki kelenjar intermaksilari pada dinding mulutnya. Ada beberapa amfibi yang lidahnya tidak dapat bergerak, tetapi sebagian besar bangsa Amfibi mempunyai lidah yang dapat dijulurkan ke luar serta katak dan kodok lidah digulung ke lambung. Usus menunjukkan berbagai variasi. Pada Caecillia menunjukkan ada gulungan kecil dan tidak dibedakan antara usus kecil dan usus besar, pada katak dan kodok terdapat usus yang relatif panjang, menggulung yang membuka kloaka.
Sistem pencernaan Amphibi hampir sama seperti pada Pisces, meskipun keduanya memiliki makanan yang berbeda. Sistem pencernaan Amphibi lebih rincinya sebagai berikut :

  1.    Rongga mulut

Rongga mulut atau cavum oris pada katak dilengkapi dengan gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah untuk menangkap mangsa. Gigi Amphibi berbentuk V dengan perkembangan yang tidak sempurna. Giginya terdapat pada rahang atas dan rahang bawah. Pada rahang atas disebut gigi maxilaris sedangkan pada rahang bawah disebut gigi vomerin.
Lidah katak berbentuk menggulung, panjang dan bertekstur kenyal dan lengket, digunakan untuk menangkap mangsa. Mangsa yang berupa hewan kecil, kebanyakan serangga, akan dibasahi oleh air liur. Meskipun demikian, Amphibi tidak begitu banyak memiliki kelenjar ludah.
  2.    Kerongkongan ( esofagus )
Setelah dari dari cavum oris, makanan menuju esofagus yang berupa saluran pendek. Esofagus akan menghasilkan sekresi alkalis  dan mendorong makanan masuk lambung.
  3.    Lambung ( ventrikulus )
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan. Berbentuk kantung yang bila terisi makanan menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus. Bagian muka ventrikulus yang besar disebut cardiac,  sedang bagian posterior mengecil dan berakhir di pyloris.  Kontraksi dinding otot ventrikulus meremas makanan menjadi hancur dan dicampur dengan sekresi ventrikulus yang mengandung enzim atau fermen, yang  merupakan katalisator. Tiap – tiap enzim mengubah sekelompok makanan menjadi ikatan – ikatan yang lebih sederhana. Enzim yang dihasilkan oleh ventrikulus dan intestinum terdiri atas pepsin, tripsin, erepsin untuk protein, lipase untuk lemak. Di samping itu, ventrikulus juga menghasilkan asam klorida untuk mengasamkan bahan makanan. Mengasamkan bahan makanan berguna untuk membunuh mangsa dan membunuh kuman penyakit, mengingat mangsa katak adalah serangga atau hewan kecil lainnya yang mungkin masih hidup. Gerakan yang menyebabkan makanan berjalan dalam saluran disebut gerakan peristaltik.
Di dekat lambung, menempel pankreas yang berwarna kuning yang menghasilkan enzim untuk mencerna makanan.
Selain itu juga terdapat hepar yang menghasilkan cairan empedu yang menetralisir racun dan zat – zat toxic yang masuk ke saluran pencernaan katak. Hepar yang besar terdiri ats beberapa lobus dan bilus ( zat empedu ) yang dihasilkan akan ditampung sementara dalam vesica felea yang kemudian akan dituangkan dalam intestinum melalui ductus cystecus dahulu kemudian melalui ductus cholydocus yang merupakan saluran gabungan dengan saluran yang dari pancreas. Fungsi bilus untuk mengemulsi zat lemak.
   4.    Usus ( intestinum )
Dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus meliputi: duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya. Di dalam usus terjadi penyerapan makanan oleh enzim yang dihasilkan pankreas.
Makanan masuk ke dalam intestinum melalui ventrikulus melalui klep pyloris.
   5.    Usus besar
Di dalam usus besar katak hanya terjadi penyerapan air dan pembusukan sisa makanan. Bahan makanan yang merupakan sisa dalam intestinum mayor akan menjadi feses. Usus besar berakhir pada rektum dan akan menuju kloaka.
   6.    Kloaka
Merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran reproduksi, dan urine.
Kelenjar pencernaan pada amfibi terdiri atas kelenjar ludah hati dan pankreas. Hati berwarna merah kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi lagi menjadi dua lobulus. Hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan. Pankreas berwarna kekuningan, melekat diantara lambung dan usus dua belas jari (duodenum). Pankreas berfungsi menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum.
Amfibi memiliki beragam ciri morfologis yang berbeda antar ordo. Secara umum, semua amfibi memiliki kulit yang tipis dan halus. Berberapa jenis menggunakan kulitnya untuk respirasi dan pertukaran gas dengan udara. Sebagian besar jenis amfibi memiliki mata yang besar untuk mencari mangsanya.
Amfibi adalah satwa vertebrata dengan jumlah jenis terkecil, yaitu sekitar 4,000 jenis. Walaupun sedikit, amfibi merupakan vertebrata pertama yang berevolusi untuk kehidupan di darat dan merupakan nenek moyang reptil. Dari ketiga Ordo tersebut, salamander adalah satu-satunya kelompok yang tidak terdapat di Indonesia. Salamander dijumpai di Amerika utara dan tengah sampai Amerika Selatan bagian utara, Eropa, Afrika, Jepang dan Taiwan.
                  Ordo Gymnophiona juga dikenal dengan nama lain sesilia. Ordo ini terdiri dari 34 genera dan 5 famili. Jumlah jenis dari Ordo tersebut adalah sebanyak 163 jenis, atau sekitar 3.5% dari seluruh jenis amfibi. Satwa dari Ordo Gymnophiona memiliki tubuh panjang tanpa kaki, seperti cacing. Ciri-ciri seperti bentuk tulang, gigi dan lemak dalam tubuh menyerupai amfibi, sehingga sesilia termasuk dalam kelas tersebut. Sebagian besar sesilia berwarna abu-abu kebiruan. Ukurannya berkisar dari 7 cm sampai 1.5 m. Satwa sesilia jarang ditemui. Ordo Gymnophiona tersebar di Asia Tenggara, Amerika Tengah dan Selatan, serta Afrika Tengah. Di Asia Selatan sesilia terdapat dari bagian selatan Cina, India, Sri Lanka sampai Filipina selatan. Di Indonesia sesilia terdapat di pulau Sumatra, Jawa dan Kalimantan.
                  Katak dan kodok adalah anggota dari Ordo Anura. Untuk penjelasan seterusnya, kelompok ini akan disebut katak. Ordo tersebut terdiri dari 20 famili dengan 303 genera. Saat ini terdapat lebih dari 4,100 jenis Anura di dunia, atau sekitar 87% dari semua jenis amfibi. Indonesia memiliki sekitar 376 jenis amfibi (IUCN 2007). Jumlah jenis amfibi terus bertambah dengan adanya penemuan jenis-jenis baru.
                  Katak dan kodok merupakan amfibi yang paling mudah dikenal. Kata “anura” berarti “tanpa ekor”. Anura dewasa tidak memiliki ekor. Tubuh katak tampak seperti berjongkok dengan empat kaki. Kaki depan berukuran lebih kecil daripada kaki depan. Kaki belakang berfungsi untuk melompat. Kepala katak tidak dipisahkan dari badan oleh leher yang jelas. Katak memiliki mata yang besar dengan pupil horizontal atau vertikal.
                  Katak dan kodok berbeda dari ciri katak yang memiliki kulit tipis dan halus, tubuh ramping, dan kaki yang lebih kurus dan panjang. Kodok memiliki tubuh yang lebih pendek dan gemuk dengan kulit kasar dan tertutup bintil-bintil. Warna katak bervariasi, dari hijau, coklat, hitam, merah, oranye, kuning dan putih. Ukuran SVL (snout vent length) Anura berkisar dari 1-35 cm, tetapi kebanyakan berkisar antara 2-12 cm.
                  Morfologi katak berbeda tergantung pada habitatnya. Katak pohon seperti famili Rhacophoridae memiliki piringan (discs) pada ujung jarinya untuk membantu dalam memanjat. Katak akuatik atau semi-akuatik seperti famili Ranidae memiliki selaput diantara jari-jarinya untuk membantu dalam berenang. Katak terestrial tidak memiliki selaput ataupun piringan, tetapi cenderung memiliiki warna yang menyerupai serasah atau lingkungan sekelilingnya, seperti pada genus Megophrys.
                  Katak dan kodok tersebar pada seluruh benua kecuali pada kedua kutub dan daerah gurun yang sangat kering, dengan lebih dari 80% dari seluruh jenis terdapat di daerah tropik dan sub-tropik. Kelompok ini terdapat di seluruh Indonesia, dari Sumatra sampai Irian.





DAFTAR PUSTAKA

Pradana, Cepi. 2013. Sistem Pencernaan Katak / Amfibi, (Online), (http://cepipradana.blogspot.com/2013/05/sistem-pencernaan-katakamfibi.html. Diakses pada 28 September 2014).

Tandiono, Dwi Dhitya. 2012. Sistem Pencernaa Amphibi, (Online), (http://anindithya.blogspot.com/2012/02/sistem-pencernaan-amphibi.html. Diakses pada 28 September 2014).

Sifat-Sifat Protoplasma

SIFAT-SIFAT PROTOPLASMA

  A.    Sifat tak tersaring
Partikel-partikel yang tersebar di dalam protoplasma dalam bentuk koloid tidak dapat dipisahkan dari fase selanjutnya dengan menggunakan kertas saring pada umumnya.
  B.     Memperlihatkan efek tyndall
Efek Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar (John Tyndall 1820-1893) dan efek tyndall sendiri adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Partikel-partikel yang tersebar didalam protoplasma dapat memantulkan cahaya yang mengenai partikel tersebut. Akibatnya, apabila protoplasma disorot dengan seberkas cahaya, maka tampak cahaya tersebut menembus larutan atau massa protoplasma tersebut.
  C.     Memperlihatkan gerak Brown
Gerak Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus tapi tidak menentu (gerak acak atau tidak beraturan). Semakin kecil ukuran partikel koloid, semakin cepat gerak Brown yang terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam campuran heterogen zat cair dengan zat padat (suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu sistem koloid, maka semakin besar energi kinetik yang dimiliki partikel-partikel medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu sistem koloid, maka gerak Brown semakin lambat. Dengan adanya aktivitas kinetik maka menyebabkan partikel-partikel yang berada di dalam protoplasma tersebar dengan arah tak beraturan dengan cara memborbardir molekul-molekul pelarut.
  D.    Memperlihatkan viskositas
Sebagai sistem koloid, protoplasma memiliki tegangan permukaan dan tegangan permukaan tersebuy berubah-ubah tergantung dari kekentalannya dan suhunya. Pada suhu yang tinggi, protoplasma mempunyai viskositas yang rendah.
  E.     Koagulasi
Partikel-partikel yang tersebar dalam protoplasma mempunyai muatan yang sama, akibat dari saling tolak yang berkelanjutann menyebabkan partikel-partikel tidak dapat mengendap dan keadaan ini mempertahankan stabilitas koloid. Jika ion auatpun partikel koloid dibuat berlawanan muatan listriknya, maka akibatnya akan bersifat netral dan akibat selanjutnya partikel-partikel dalam sistem koloid akan menggumpal.

  

 DAFTAR PUSTAKA

Syamkumaji. (2010). “Struktur dan Fungsi Sel”. [Online]. Tersedia: http://syamkumaji.blogspot.com/2010/12/struktur-dan-fungsi-sel.html di akses pada tanggal 25 Oktober 2014
Prowel, SP. (2010). Mudah dan Cepat Menghafal BIOLOGI.Yopgyakarka: PUSTAKA BOOK PUBLISHER
Suparno, Gatot. dkk. (2012). KEHIDUPAN TINGKAT SEL. Surabaya: UNIPRESS


Selasa, 16 Desember 2014

Bulan Menyimpan Mineral "Alien"


NASA Kawah Copernicus seperti dipotret wahana Lunar Reconaissance Orbiter.
BEIJING, KOMPAS.com - Studi yang dilakukan oleh ilmuwan asal China dan Amerika Serikat mengungkap bahwa Bulan memiliki mineral alien. Bukan mineral milik alien makhluk luar angkasa, namun mineral yang "diimpor" Bulan dari asteroid atau lainnya. 

Mineral yang ditemukan misalnya spinel dan olivine. Asteroid yang berada di Tata Surya kaya akan jenis mineral tersebut. Di Bulan, mineral ini hanya ditemukan di dasar kawah, seperti kawah Copernicus, Theophylus dan Thyco. Mineral itu tak pernah ditemukan permukaan Bulan.

Studi yang dipimpin oleh Zhong Yue dari Institute of Remote Sensing Application, Chinese Academy of Science, ini berupaya melakukan pemodelan pembentukan kawah di Bulan oleh asteroid, melihat pengaruh kecepatan tumbukan dan besar kawah pada deposit mineral.

Studi menemukan bahwa 25 persen dari asteroid yang menumbuk Bulan datang dengan kecepatan 43.130 km/jam atau kurang. Kecepatan tersebut memang luar biasa cepat, namun ilmuwan menduga, kecepatan itu takkan mampu melenyapkan asteroid.

Simulasi lain menunjukkan bahwa dengan kecepatan tersebut di atas, material asteroid akan menguap dan tertinggal di kawah tumbukan. Bila kawah cukup besar, sekitar 20 kilometer, material akan mengumpul di dasar kawah.

Berdasarkan simulasi tersebut, ilmuwan menyimpulkan bahwa olivine dan spinel yang terdapat di dasar kawah Copernicus tida berasal dari Bulan, namun dari asteroid yang membentuk kawah selebar 93 kilometer tersebut.

"Kami menyimpulkan bahwa beberapa mineral tak biasa yang ditemukan di dasar kawah tumbukan berasal dari luar, tidak dari Bulan itu sendiri," tulis ilmuwan dalam publikasi di jurnal
Nature Geoscience, Minggu (26/5/2013), seperti dikutip AFP di hari yang sama.

Sebelumnya, banyak ilmuwan berpendapat bahwa mineral asing itu berasal dari lapisan dalam Bulan. Pada proses pembentukan kawah besar, tumbukan mampu mengeluarkan material yang semula berada di lapisan dalam Bulan.

Jay Melosh dari Purdue University yang juga terlibat penelitian ini mengungkapkan bahwa dengan hasil riset ini, pandangan tersebut terbukti salah. "Ini juga mengingatkan ilmuwan untuk tidak memakai kawah Bulan sebaga petunjuk untuk memahami mineral di lapisan dalam Bulan," katanya.

Studi ini juga memicu dugaan menarik. Dipercaya, pada masa-masa awal Bumi, benda langit yang menumbuk Bumi mampu melepaskan menghamburkan material Bumi hingga ke antariksa. Material ini dipercaya sampai ke Bulan dengan kecepatan sekitar 2 km/detik.

Erik Aspaug dari Arizona Stae University yang memebrikan tanggapan pada studi ini mengatakan bahwa mungkin saja material seperti spinel berasal dari Bumi masa lampau yang dihamburkan dan sampai ke Bulan.

Ada hal lain yang juga lebih menarik. Kemungkinan ada juga material kehidupan awal di Bumi yang dihamburkan ke Bulan lewat mekanisme yang sama. Lewat penelitian atau misi ke Bulan, manusia bisa menemukannya. Mungkinkah nanti manusia mengungkapnya?



Daftar Pustaka:

http://sains.kompas.com/read/2013/05/27/08265457/Bulan.Menyimpan.Mineral.Alien diakses pada tanggal 27 Mei 2013